Monday 27 July 2009

Adinda Kara Lily

ada warna putih, pink, dan sejumlah benda bulat melayang di sekelilingku.
suara riuh nya seperti menghangatkan hatiku.
seperti bola yang di oper ke setiap orang, aku mulai merasa keramahan jiwanya dari setiap hati yang menggendongku lembut.
disana ada kata cantik, lucu, dan berbagai kata pujian yang di hadiahkannya untukku.

sorot matanya redup, pipinya basah, rautnya bahagia..
Tuhan bilang itu ibuku.
Tuhan bilang dia yang membawaku keluar dari rahimnya dan melihat dunia yang mereka sebut penuh rasa dan warna.

sorot matanya dalam, warna kulitnya yg coklat matang ber rahang jelas, dengan raut bangganya berdiri tegak di antara setiap orang yg datang.
Tuhan bilang itu Ayahku.
Tuhan bilang dia yang membantu ibu ku membawa ku dari sisiNya ke rahim ibu dan ke dunia.

Aku, Adinda Kara Lilly
dan hari ini kumulai hidupku bersama Ayah Ibuku.

kelahirannya

Kubiarkan rintik hujannya membasahi pipiku, kubiarkan peluh keringat itu bersatu dengannya.
Kulepaskan lelahku yang terbayar sudah, kulepaskan dirinya dari tubuhku agar ia bisa melihat indahnya dunia, dan indahnya cintaku juga cinta lelaki ku.

seperti malam yang begitu saja melupakan siangnya. Seperti diriku yang begitu saja melupakan seluruh penat, seluruh risau, seluruh pedih, seluruh penantian akan dirimu wahai putri ku kiriman Tuhan.
Kau seperti obat yang menghilangkan seluruh rasa sakit ku dan mengubahnya menjadi bahagia.
Kau seperti pelangi yang menghiasi langit ketika hujanNya mereda.
kau seperti dewi yang mengangkatku kembali dari dasar terdalam tanah dan memelukku erat memberiku kehangatan surya.

Adinda Kara lilly,
bayiku, anakku, dewiku, malaikat ku..
Selamat datang di dunia penuh warna dan rasa ini..

Sunday 26 July 2009

mata

Piano besar, tua, berwana cokelat tua itu memainkan suaranya perlahan, mengalun, pelan, dan lembut. Biola dengan dawai nya mengarak, menyambut dentingan piano dengan riangnya.

mata seorang pria mengedar, dengan tangan kanan nya yang mengamit lengan seorang wanita, yang bersenyum lebar, bertubuh putih, berambut hitam, dan bermata kosong.
Senyum kekhawatiran terlihat lekat di wajah sang pria.
Wanita itu tetap tidak berubah, senyumnya, dan raut bahagianya seakan dapat menutupi kalut wajah sang pria.
Seakan dapat menenangkan hati sang pria.
Seakan dapat memberikan pelukan hangat untuk menghalau segala kerisauan dalam dada yang terus berpacu dengan otak hingga bibir nya bergetar.
Seakan dapat menenangkan hatinya yang baru saja tertembak panah sang dewa asmara hingga darah segar yang keluar hatinya menyebar hingga seluruh keringat dan peluh yang amat dingin keluar dari tubuhnya.

Ia berdua berdiri kaku di depan dua sosok pasangan setengah abad bermata selidik, penuh senyum bahagia, berwujud kekhawatiran dan beraut penasaran.
Senyum sang tetap tidak berubah, hingga tangannya berusaha meraih tangan salah satu dari pasangan setengah abad itu.

Matanya yang kosong meredup, ada relung di hatinya yang tertembak panah kecewa.

Dirinya hancur.....

''wanita buta yang tidak berguna'', hanya itu yg terdengar.
tidak ada air mata yang jatuh di pipinya..
tidak ada tangis, hanya ada perih yang menyusup dalam dada.
tangannya mengepal keras menahan sakit, juga perih yang terus ber kecamuk, seperti terinjak, tertendang, terhempas, lalu hilang arah.

Mau kubawa kemana diriku ini, hatinya berkata di tengah ketidak berdayaannya.
Sang pria hanya menunduk, melemah, walau jemarinya tidak lepas dari jemari sang wanita. Air matanya menetes, satu, dua, tiga, lalu menderas tanpa suara.
Ia angkat kepalanya, ia balikkan tubuhnya dengan jemarinya yang tidak lepas dari sang wanita..

''maafkan aku'' seru sang pria.
Wanita itu hanya tersenyum, ''antarkan aku pulang dan kembali ke keluargamu. Tinggalkan aku''
belum ada kata kata lain yang terucap, jemari sang wanita, meraba wajah sang pria seperti hendak menutup bibirnya agar tidak ada lagi kata kata.



Record01
05.17pm - 2 april 2005
''...... Hey.. Hey.. Hallo.. Semoga kamu bisa mendengarku, Rio. Aku baru saja menuliskan surat untuk mu, tetapi aku tidak mau satu orang pun membacanya selain aku dan kamu. hal ini sangat mustahil, bukan?? Aku tetap membutuhkan bantuan orang lain agar kau bisa membacanya. Sudahlah, aku hanyalah wanita buta yang tak berdaya.
Akan kubacakan suratku.
------
wahai Rio mahluk kiriman tuhan dari surga. Maafkan aku menghancurkan mu, maafkan aku mempermalukanmu, maafkan aku atas segalanya yang telah kuperbuat..
Wahai Rio mahluk kiriman tuhan dari surga, ampuni aku akan kecacatan ku, kekuranganku yang merusak hidupmu.
semua sudah takdir tuhan.
Semoga kamu bahagia dengan siapa saja yang pasti jauh lebih baik dariku.
Sampai jumpa
------

kue di dalam kulkas

Oooohh pria idaman ku ciptaanNya yang mulia, yang sudah hidup bersama ku bertahun tahun, tahukah engkau apakah itu arti lelah??
Tatap mata ku dalam dalam, resapi, sembari aku menjelaskannya..
Jangan kau buang muka, tatap mataku yang sudah membulat, pedih, panas, menahan air mata yang selalu kau minta.
Aku lelah. Aku lelah mencium bau busuk kue yang kau simpan rapi rapi dalam kulkas bagian terdalam.
Aku lelah. Aku lelah mendengar mu terus meminta ku menangis karena kue mu.
Aku lelah. Aku lelah harus terus mengalah demi kue mu yang selalu kau tutupi dari ku.
Aku lelah. Aku lelah melihatmu sangat bahagia menyantap kue busuk mu, yang sisanya kau muntahkan di tubuhku.
Aku lelah. Aku lelah karena harus berjalan ber ratus ratus meter hanya untuk membeli perekat hati yang setiap hari kau pecahkan, kau hancurkan, kau banting, lalu kau buang.
Aku lelah. Aku lelah. Aku lelah.

Ingin rasanya aku merebut kuemu, lalu ku injak injak, ku siram dengan air panas, dan kulempar dengan sekuat tenaga.
Bukan, bukan, bukan, bukan karena aku ingin memiliki mu, bukan karena aku ingin terus bersamamu.
Tetapi hanya untuk melepas lelah, melepas penat, membuat sisa air mata, dan mengistirahatkan kakiku dari perjalanan jauh hanya untuk membeli perekat hati.

Ingin rasanya aku membalas mu dengan kusimpan pudding ku di dalam kulkas.
Tidak, aku tidak akan menaruhnya di bagian terdalam.
Benar, aku akan menaruhnya di bagian terdepan.
Agar kau buka matamu, agar kau buka hatimu, agar kau tau lelahku, agar kau tau pedihku.

Ingin rasanya aku bertanya padamu, apakah kekuranganku??
Hingga kau lebih memilih kue mu daripada ku.
Hingga kau buang aku, kau lempar aku, kau peras air mata ku, kau pukul aku hingga rentetan senandung doa tidak pernah berhenti dari bibirku, hingga lidah ku kelu terus memohon padaNya.

Ingin rasanya aku mengerti rasa lelahku,
Ooohh pria idaman ku ciptaanNya yang mulia, yang sudah hidup bersama ku bertahun tahun, dan belum mengenal arti kata lelah ku ini..


Canberra, 26 juli 2009
Teruntuk kak Dinda.

Saturday 25 July 2009

cinta

Jangan terus salahkan aku wahai manusia yang diciptakanNya se-sempurna mungkin.
Aku hanyalah cinta yang tidak ber otak.
Jangan terus kalian salahkan aku karena rusaknya kayu penopang hubungan kalian.
Jangan terus kalian salahkan aku karena retaknya guci guci berkaca hidup kalian.
Sungguh, aku bersumpah bukan aku yang membuat hidup kalian hancur..
Sungguh, bukan aku.

Jangan lagi kau teriakan nama ku, di ruang sidang berhiaskan ornament hijau dengan sebuah palu di meja.
Jangan lagi kau bilang BUTA, aku tidak buta.. tetapi emosi mu selalu menutupi mataku hingga aku tidak bisa melihat.
Jangan lagi kau sebut aku dengan nama binatang, karena usia mu lah, karena kedewasaan mu lah, aku kau anggap seperti binatang yang tidak ber usia.
Jangan kau jelek jelek an diriku, jangan kau buang aku, jangan hina aku, semua terjadi karena aku terbuat dari rasa..

Aku cinta yang terbuat dari kumpulan rasa,
Dan jangan lagi kau berbuat belebihan atau mengurang-nguranginya.
Jadikan aku sepenuhnya, agar rasa itu tetap baik terjaga.

Friday 24 July 2009

cermin dan kaca

Kara

Lelah mata ini terus mengeluarkan airnya wahai pria tampan bermata indah.
Bertahun tahun ku hidup bersama mu penuh canda, bahagia, kesal, rindu, penuh akan rasa.
Bersumpah aku berani, demi cinta yang sudah ikhlas ku beli bibitnya, ku tanam dengan kasih, kupupuki dengan kesabaran dan tulusnya hati, hingga berkembang menjadi bunga cinta yang harum walau penuh duri.
Berjanji aku, akan menemanimu, ada di sisimu sampai kapanpun jika kau menginginkan aku, kapanpun kamu mau, karena hati ini akan selalu tumbuh dengan bunga bunga cinta begitu pula durinya.
Bertaruh aku dengan bumi, bahwa tidak akan ada yang bisa mencintaimu lebih dari aku, tidak ada yang bisa menyayangimu lebih dari aku. Tidak ada.
Tetapi, maafkanlah aku wahai pria tampan bermata indah, aku hanyalah sesosok cermin yang terus memantulkan sosok mu dari tubuhku, aku hanyalah seorang yang berusaha menjadi apa yang kamu mau dengan wujud yang sama.
Aku hanya berusaha menjadi dirimu untuk membuatmu bahagia, hingga kulupakan diriku.
Hingga hampir aku tidak tahu bagaimana wujudku, dan bagaimana aku mengenal juga mengerti diriku, karena aku selalu menjadi dirimu tanpa sedikit pun pedulikanku.
Wahai pria tampan bermata indah, maafkan aku, jika aku hanyalah sesosok cermin yang akan terus memantulkan sosok mu dari tubuhku, akan selalu mencoba membahagiakanmu, walau terkadang seorang pria tampan bermata indah akan selalu melupakan cerminnya di kala ia bahagia.


Andra

Kaku tubuh ini wahai wanita cantik bermata kosong, kurasakan lelah tubuhmu, kurasakan penat otakmu, kurasa panas mata mu menahan tangisan deras air mata suci yang tertahan.
Bersumpah aku berani, demi cintaku yang sulit ku ungkapan, sulit aku banggakan, sulit aku jelaskan, walau ku tau kau jelas jelas bisa mengungkapkannya.
Berjanji aku, akan membahagianmu dengan cintaku, akan kurebut hatimu dan ku simpan di kotak beludru merah berpita hitam.
Bertaruh aku dengan matahari, bahwa tidak akan ada yang bisa menyayat nyayat hati mu selain aku, tidak akan ada yang bisa mencabik cabik jiwa mu kecuali aku, tidak ada yang bisa membuatmu tersedu kecuali aku. Tidak ada.
Sadarilah wahai wanita cantik bermata ksosng, aku hanyalah sesosok kaca bening yang tidak bisa memantulkan wujudmu, sesosok kaca bening yang mudah pecah dan kepingan berkilaunya akan dengan mudah menyayat nyayat hatimu.
Aku hanya berusaha menjadi diriku, hingga kulupakan dirimu.
Hingga hampir aku tidak pernah tersadar oleh itu. Aku hanyalah mengenal dirimu tanpa mengenalmu.
Wahai wanita cantik bermata kosong, maafkan aku, jika aku hanyalah sesosok kaca bening yang tidak aka pernah memantulkan dirimu di tubuhku. Tidak akan mengerti mu, jiwa mu, terlebih kasihmu. Walau terkadang seorang wanita cantik bermata kosong akan selalu mengingat kaca beningnya untuk menghiburnya di kala ia sedih..

telur dadar

Senyumnya hangat, wajahnya yang tampan ber-rahang jelas, dengan warna cokelat kulitnya membuat setiap wanita diam terpaku, diam tertegun, tersenyum dalam hati yang selalu berkata “aku ingin memilikinya”.
Tubuhnya gagah, tegap, genggaman tanggannya kuat dan mesra, sinar matanya indah, menakjubkan,” indah ciptaan mu tuhan”, lirih setiap hati yang memandangnya dalam. Relung hati yang tersenyum puas memilikinya dekat.

Seperti cepatnya petir menyambar hujan, kilatnya yang hilang sesaat.
Senyumnya yang hangat seperti berubah dingin, wajahnya yang tampan seperti tampak bertaring hendak memangsa, warna cokelat wajahnya seperti berubah hitam melegam. Mustahil seorang tersenyum dalam hati ingin memilikinya, nyata seseorang diam mematung dan mengumpat dalam hati untuk membuangnya jauh jauh.

Seperti gerimis yang cepat berubah menjadi hujan deras, dengan petirnya.
Tubuhnya yang gagah, tegap serta genggamannya yang kuat serta mesra, seakan berubah cepat seperti monster tinggi besar, penuh darah yang ingin menerkam mangsanya yang bertubuh kecil. Sinar matanya merah dan menyeramkan, sama sekali tidak menakjubkan, “ingin aku berdoa pada Tuhan untuk membunuhnya dengan air mata ketulusan seorang wanita” lirih hati seorang istri dengan hati yang memandangnya dalam. Relung hati menangis keras memilikinya dekat.

Seperti omelette (telur dadar) yang berasal dari telur yang bulat cantik, yang lalu di pecahkan tubuhnya hingga ber air mata putih dan kuning yang terlihat indah, lalu dicampur dengan asinnya garam hidup, dan dengan sekuat tenaga, walau penuh cinta, di aduknya dengan keras dua warna air mata yang berbeda, hingga rintihan pun terdengar keras. Belum habis masanya. Pindang panas dengan minyak siap menopang air mata dari tubuhnya yang habis oleh rentetan siksaan penuh air mata, isakan, rintihan yang membuatnya terlihat sempurna dibuatnya. Omelette berwarna kuning muda, matang, yang siap di sajikan.


Dia, sang lelaki tampan tetap, dan terus akan menjadi pembuat telur dadar yang professional.

songs without words

Terpaku, diam mamatung, tubuhnya yang gagah menduduki kursi coklat tua yang sudah rapuh namun terlihat kuat oleh cat pelitur yang membuatnya tetap terlihat indah. Ia duduk menunduk dengan kakinya yang terbuka 30 derajat, kedua tangannya menggenggam kuat, garisan dan kerutan terlihat jelas di keningnya,serta guratan guratan yang juga menandakan betapa risau hatinya.

Bibirnya biru kelu, diam membeku, seolah terbuat dari pualam, warnanya yang biru memutih membuatnya jelas terlihat pucat, DINGIN. Otaknya terus bekerja mencari kata kata, tubuhnya berlari lari dengan kedua kakinya yang sedang melayang, tangannya seperti berusaha menggapai setiap kata kata, dan huruf,yang terbang di sekitarnya, berusaha meraihnya, merengkuhnya, memilikinya. Tubuhnya terus berlari di suatu kota yang gelap dengan kata kata dan huruf putih yang berterbangan seperti menghiasinya.

Lelah dirinya berlari, peluh yang dingin keluar perlahan dari pori pori tubuhnya. Otaknya yang berusaha keras mengirimkan pesan kepada mata, memohon dengan hati untuk menangis. Tetapi mendung yang terus berdiri disana enggan mengeluarkan air nya. Semua tertahan.
Jiwanya pun lelah, hembusan napas panjang tidak menghilangkan segenap apapun rasa. Semua tetap tertahan

Ia pun bernyayi tanpa kata, tanpa huruf, tanpa nada.


Hingga tangannya yang lelah menggapai, merogoh saku celana nya yang berwarna biru tua. Ada kertas putih berlukis dengan tinta, seperti kumpulan huruf terangkai kata kata.

Mendung pun rela mengeluarkan hujannya, panas pun rela mengobarkan apinya, menghangatkan bibir dan hatinya yang beku dan dingin. Lelah pun terbayar sudah.

“maafkan aku meninggalkan mu, maafkan aku pergi darimu. Aku mohon kamu ada di sisiku ketika jasadku ada tiba di tanah Nya yang cokelat dan hangat. Aku mau dengar suara mu bercerita tentang ku, mengenangku untuk terakhir kalinya, dan kumuhon hentikan nyanyian tanpa kata, tanpa huruf dan tanpa nadamu. Karena semua tidak berarti apa apa, kecuali suaramu yang bercerita tentangku di sana, nanti…”


Gelap, petir menyambar,
hujan deras pun turun seiring nyanyiannya tanpa kata.

Monday 20 July 2009

diam

Ber jam jam, ber hari hari, ber bulan bulan, kucoba menarik kepingan pecahan kaca hitam penuh goresan dari hati ini yang berdarah darah..
sungguh tidak pernah kutunda, tidak pernah kutahan, berusaha keras aku melepasnya, hingga tenaga ini terkuras habis...
Aku terkapar di pasar putih basah dan seperti terhisap olehnya, tidak bertenaga untuk bangkit.
Allaaah, bantu aku.
Bantu aku bangkit, bantu aku melepas seluruh potongan kaca dari hati ini, melepas segalanya...
Bantu aku membuka lembaran baru, bantu aku untuk bisa melihat masa depan..

Bantu aku menghapus air mata ini..

Tuesday 14 July 2009

gadis

Gadis itu tersenyum getir, menahan panasnya mata, menahan gemuruh nya hati.
Bertahan untuk tidak menangis di depan seorang sahabat yang memeluknya erat.
Sahabat yang juga sebenarnya menahan sakit karena rasa perih tertahan gadis itu.
Wajahnya seperti mendung yang menahan air hujan yang akan turun.
Gemuruh di dadanya seperti petir yang bersuara redam.
Hati nya penuh warna, warna tua, warna gelap, penuh rasa.
Rasa sakit, rasa kesal, rasa sayang, penasaran, juga ada serpihan cinta di sana yang keras seperti batu lalu hancur seperti kerikil atau bahkan butiran pasir yang lalu terhembus oleh angin yang berusaha menepisnya. Seperti hati yang berusaha melupakan…
Tapi toh, tidak akan ada yang bisa menebak kemana arah mata angin kecuali dirinya sendiri. Dan tidak ada yang bisa menebak kemana gadis itu akan membuang seluruh
“rasa” nya, kecuali dirinya sendiri.

“biarkanlah aku menangis”, “biarkannlah di selalu ada di hati ini, walau sakit yang teramat sangat”, “biarlah terus ku ingat”, “biarlah hanya aku yang rasa”

….seperti pasir yang menunggu deru sang ombak, seperti seorang hati yang risau akan hadirnya suara berat yang meresap melalui gendang telinga lalu menyebarkan udara sebagai penenang hati yang galau.

hujan

Ada perih atas kecewa, dan ada ngilu karena penyesalan.

Air mata yang meluap seperti tsunami, menyambar rumah sekitar terasa seperti darah kotor akibat 'tarikan' panah sang cupid yang terlepas dari hati seorang wanita dan meluap, menyambar sekitar nya seperti racun yang mematikan sel sel dalam tubuh dan membuatnya diam, ter-kaku, melemah dan terkapar hanya dengan air mata yang sudah menyerap ke pori pori kulit yang pada akhirnya lembab dibuatnya..
Ada hujan di luar sana dengan petir yang menyambar, bergantian, bersaut-saut an, dan bergema seperti suara si hati kecil yang bergemuruh dalam dada, bersuara akan kepedihan, bersuara akan penyesalan, bersuara akan ketidak terimaannya akan sang cupid yang menarik panah perak, kecil, dan indah dari hati sang wanita.
Terdengar teriakan teriakan dan sorak sorai anak anak kecil bercelana pendek tanpa kaos dengan riangnya, terasa mirip dengan hati sang wanita yang berteriak kesakitan walau dengan riangnya darah beracun pedih terus mengalir di tubuhnya, menjalar hampir ke seluruh bagian tubuh hingga ia sampai dan berhenti di otak sang wanita.
Hujan yang mereda meninggalkan jejak basah dan harum aroma tanah yang menyerbak menenangkan hati sang wanita, walau meninggalkan bekas kotor di setiap sudut teras hati yang sudah meretak karena panasnya udara yang dulu terpendam dalam di lapisan terdalam sang teras yang kini basah dan dingin oleh air hujan.
Seperti hati sang wanita yang sudah beku, mengeras, dan dingin oleh air hujan yang deras, penuh petir dan gelap.

Walaupun pada akhirnya sang hujan dan sang wanita berharap akan pelangi yang segera mewarnai awannya juga hatinya..

NavitaUtomo

Tuesday 7 July 2009

regrets

"please.. cukup!!"

hati ini seperti teriak, memohon, mengiba... dan menangis.
sakit teriris iris, tercabik cabik, berdarah darah yang lalu dibuang sepeti bangkai mayat busuk korban pemerkosaan,perampokan,pelecehan korban yang bukan hanya tubuhnya yang sakit tapi jiwa nya yang hancur-habis-tandas mengiba, memohon, teriak.

sms, inbox, message, rekaman suara, foto foto membuat nafas sesak tidak bisa bernafas. seperti di luar bumi tanpa oksigen penuh luapan air, air, air mata, sesak, penuh, penat, hancur...

"kenapa hari ini, di saat aku bahagia, disaat aku lupa, disaat aku tidak lagi peduli, semua terbuka lebar. semua membuka bagiannya. bagian luka yang kututup satu satu dengan rapi dan berjanji pada sebuah hati untuk menjaganya agar tidak lagi tergores, tidak lagi berdarah, tidak lagi diingat"

i'll be with u, untuk segalanya, apapun yang terjadi. dekat denganmu sudah cukup membuatku bahagia. iyaa biby, jangan lupa shalat. tlp aku. hahaha, bagus dong ndut, jadi yang selama ini aku lakuin bermanfaat dan berhasil. take care :)

kenapa harus aku lanjutkan dengan dusta, padahal kalau bukan emosi ini yang tinggi, bukan malu yang tidak bisa kututup, kesal pada diri sendiri yang membuat segalanya runyam, kalau saja kalau saja kalau bukan kalau bukan....

terus saja aku menyalahi orang lain, terus saja aku menyalahi dia, menyalahi keputusannya.. terus saja, terus saja...

sesal, hanya ada sesal, air mata, perih, pedih, luka yang kubuat sendiri dengan mulut manis, kepala kosong, hati salah, hilang pikiran, tidak ber arah, yang hanya dibuat untuk menutup sebuah rasa bernama "malu"

bersalah, menyesal, bingung..
sungguh aku ingin memperbaikinya.. tapi harus kumulai dari mana???
harus kuurut dari mana?
apa yang harus ku katakan?

apa yang bisa kulakukan untuk mulutnya, bibir nya, pikirannya yang ia bungkam diam tak bersuara, tak berbicara, tak berkata..

apa yang bisa ku perbuat untuk mengakhirinya dengan maaf dan melambaikan tangan dengan hati ikhlas, tanpa ada sesal tanpa ada air mata..

tanpa ada dendam...


i'm sorry. :( ):