Tuesday 31 March 2009

adik kecil

mata saya yang sudah merah karena menahan air mata, masih terus memandangi setiap tayangan berita di tv tentang korban jebolnya tanggul situ gintung.
pandangan saya tidak lepas dari anak anak yang masih kecil. Tangisannya, teriakannya membuat saya meneteskan air mata pilu. Air mata perih.
Bisa saya rasakan betapa sakitnya kehilangan orang terdekat di tengah musibah itu.
Bisa saya rasakan pedihnya harus tetap tegar untuk hidup di usia semuda itu.
Tangisan nya yang merebak, menusuk kalbu saya, menusuk hati, membuat hati ini luluh dan tidak tega.
Ada rasa ingin merengkuh dan memeluk mereka. Berbagi rasa, berbagi keluh kesah.
Menghapus air matanya dan menggantinya dengan kebahagiaan.
Menghapus trauma nya dan menggantinya dengan awal yg baru.
Menghapus perih nya agar segera tergantikan oleh ketegeran hati.

Hati ini merasa malu tiba tiba, merasa malu karena kadang tidak bisa tegar dalam menghadapi sebuah masalah. Masalah yang teramat kecil jika di bandingkan dengan ini.
Ingin rasanya aku berada di depannya memeluk tubuhnya yg kecil dan gemetar ketakutan.
Ingin rasanya aku membawa mereka ke rumah dan mengurusnya agar mereka tidak merasa sendiri, agar mereka merasa masih memiliki orang yang memberi simpati.
Ingin rasanya menangis bersama, lalu berhenti dan tertawa bersama.
Ingin rasanya membangun jiwa mereka menjadi jiwa yang kuat..
Ingin rasanya membantu mereka mewujudkan cita2nya.
Ingin rasanya tersenyum di depan mereka agar mereka ikut tersenyum.

namusn sekarang, hati ini sakit, karena terkadang tidak dapat bersyukur atas apa yang sudah di dapat.
Terkadang terlalu sedih berlarut.
Terkadang marah karena merasa Allah memberikan cobaan yang terlalu berat.

Tapi ketika hari ini saya membuka hati dan mata ini lebar lebar, hati ini jauh lebih bersyukur.
Alhamdullilah.

Tuesday 24 March 2009

ikhlas

Bibir ini kelu, tangan mulai dingin, rasanya tenaga pun sudah habis..
ikhlas, yaa sekarang pelajaran yang memang harus benar benar saya pelajari adalah ikhlas.belajar untuk tidak pamrih, belajar untuk mengerti bukan di mengerti. jari2 sudah seperti melayang ketika menjelajahi setiap huruf di laptop tua saya. Kata kata nya begitu menusuk tajam dan menancap hingga susah sekali di lepaskan. Tetesan air mata tidak berhenti keluar. Terus mengalir deras. Sakit, perih, luka, panas..
Tidak, aku tidak akan pernah dendam. Niatku membantu, aku berusaha, sekuat tenaga, nyawa pun sepertinya sudah hampir kulepaskan. Tidak ada lg kata peduli.
Ya Allah, kau lah yg maha mengetahui segalanya. hambamu ini ikhlas, hambamu ini mohon ampunan..
Hambamu ini hanya berusaha.
kau yang mengetahui semua..
Kau yang mendengarkan setiap doa ku..
Kau yang mendengarkan setiap tangisku..
Aku ikhlas. Aku ikhlas

Wednesday 11 March 2009

pilihan

saya duduk di veranda belakang rumah lalu sejenak berfikir, lebih baik hidup bergelimpangan uang, harta dan kekayaan tanpa lelaki yang mencintai kita atau hidup miskin dengan anak banyak tetapi memiliki suami yang mencintai kita dan keluarga sepenuhnya, dengan segenap cintanya.
manusia butuh uang
manusia butuh cinta
munafik untuk orang yang mengatakan tidak butuh cinta, tidak butuh uang..
untuk menjalin sebuah hubungan memang memerlukan ketulusan cinta, tapi apa kita tidak butuh uang untuk hidup bersama? untuk membesarkan anak anak?
untuk hidup memang butuh uang, tapi bukankah kita juga butuh cinta untuk membagi kenikmatan bersama?
lalu saya diam, merasa tidak menemukan jawaban yang tepat..
merasa tidak bisa memilih

tapi, hidup itu memang harus memilih..