Saturday 27 June 2009

sabtu pagi, bangun pagi, sarapan, mandi lalu berangkat menuju

Thursday 25 June 2009

apa lo?

ilfeel, gondok, enek, jijik, sebel, benci, kesel kumpul semua jadi satu.
setiap ngeliat bawaannya kesel
setiap ada dia bawaannya emosi

dari cara ngomongnya, manner nya, sikap nya, sifat sok kenal nya, sok akrab, bikin gue makin gemeeeeessssssssss. plis ya tolong di catet. gemes nya gemes sebel.
semua perasaannya rasa nya ngumpul di otak. ngebuat otak jadi stuck dan ngebuat this unstable feelings yang semakin ngga jelas.
pengen rasanya negbuang dia jauh jauh...
pengen rasanya dia ngga ada..

apalagi PELIT nyaaaaaa yang plis...bgt !
:(((((((

aduh kok ketemu aja ya orang yang kayak gini.. :((

Wednesday 24 June 2009

hari rabu

Aku terbangun dengan nafas tercekat, penuh dengan peluh keringat, dan tenggorokan yang teramat kering.
Entah mimpi apa aku semalam, sebangunnya dari mimpi, tubuhku demam.. Aku terserang flu berat.

kadang bermimpi jauh lebih menyenangkan dari kehidupan. Hari ini aku tidur seharian di kamarku. Tubuhku yang lemas hanya mampu menggenggam tasbih. Ibu dan Ayah tidak ada di rumah. Tenggorokannku benar2 kering, terasa panas, demam dan sakit kepala ini tidak juga mereda. Bersin yang sejak pagi menggangguku juga belum berhenti. Aku hanya bisa tidur dengan segala ketidaknyamanan di tubuh.

Rindu, rindu akan dimanja oleh 'dia' ketika sakit terus menghantui pikirannku. Ingin sekali kembali ke masa itu. Masa dimana ketidaknyamanan di tubuh yang berlangsung berbulan2 tetapi kenyamanan di hati dan kasih yang terus mengalir, berlimpah, hingga sakit nya tergantikan bahagia.

Kuraih telepon genggam dengan tangan bergetar. Berulang ulang ku coba tlp 'dia' tp selalu saja terdengar nada 'tolak' (red : reject). Ada air mata yang begitu saja mengalir tanpa di kontrol. Biarlah, begitu hati ini bicara.

Hingga seorang sahabat mengirimkan message kepadaku, ''ooh, tolong sampaikan juga ke temanmu itu bahwa saya tidak mau diganggu lagi, dan tidak perlu menelepon saya lagi karena sangat mengganggu''. Sakiit, tenggorokan ini terasa semakin kering, seperti ada luka di dalamnya. Tapi hati ini lebih sakit. aku menangis tanpa suara.. Aku menangis mengisak, terlalu sakit Allah..

Tidak apa, begitu hatiku berkata setelah air mata ini mereda. Biarlah, tidak apa.. Aku yang memang salah..

''maafkan aku, aku berniat meleponmu hanya untuk bicara, bahwa aku akan meremove mu dari komunikasi karena aku mau kamu tidak lagi terganggu tanpa ada rasa kesal dan emosi.. Aku hanya ingin mengakhirinya dengan baik, walau tidak mungkin berkesan baik''

terima kasih.

Canberra, Cry, Rain and foggy
24 june 2009

Tuesday 16 June 2009

sang "juara"

Beberapa kali aku menghapus deretan huruf huruf terangkai di alat teknologi yang dinamakan laptop ini. Mungkin saja 20 tahun yang lalu hal ini juga dilakukan oleh orang orang yang mencoba menuliskan apa yang di alaminya, apa yang orang lain rasakan, apa yg dia dengar, apa yang dia lihat, dan apa yang ada di otaknya,kedalam sebuah tulisan berangkai, ber irama, indah, juga penuh akan rasa di atas kertas putih, bergaris tipis, dan rapi.
Entah kenapa aku ingin sekali cerita ini membuat setiap orang membuka mata nya lebar lebar, membuka hatinya, juga pikiran. Bahwa hidup itu bukan hanya untuk diri kita, tapi juga untuk orang lain.

Tapi sulit untukku menulis seluruh kepenatan otakku ke dalam sebuah tulisan. Aku, bukan tipe orang yang bisa mengekspresikan perasaan lewat tulisan. Tapi malam ini, karena air mata ini, karena sesak ini aku mencoba menulis untuk memberi tahu dunia bahwa sebulat bulatnya bumi aku percaya bahwa ada satu titik dimana bumi itu bergelombang...

Jakarta, 5 april 2005

Aku tidak pernah lupa tanggal itu, aku masih kelas 2 smp dimana aku harus menangis sepanjang jalan menemani dia - seorang sahabat. Sebut saja farah, yang harus begitu tegar menghadapi semuanya. Tubuhnya yang mungil harus menopang hatinya yang terlalu besar untuk tidak menangis saat itu.
Aku menangis tanpa suara, tanpa isakan, hanya air mata, entah air mata sedih, takut, gelisah. entah lah, aku tidak tau, yang kuingat di otakku - aku menangis.
''sabar sayaaang, nanti cuma sakit sedikit, habis itu, masalah kita selesai'' kata laki laki berperawakan tinggi, dan yang ku tahu dia anak kuliahan dan kami masih smp. Bodohnya kami, anak smp yang di permainkan anak kuliahan yang memang jauh lebih pintar. Tangisku merebak mendengar dia, laki laki itu, berkata sambil mencoba menenangkan sahabatku. Hati kecil ini seperti berjanji dan mungkin bersumpah. Suatu saat nanti ketika aku tahu harus berbuat apa, dan membalasnya atas apa yang dia lakukan pada sahabatku, aku akan lakukan itu. Yang kulihat dari samping wajahnya, farah hanya tersenyum mengangguk. Ia begitu tegar di umur nya yang saat itu masih 13 tahun.

Sebuah klinik dokter praktek ilegal di daerah kota yang mengatas namakan dokter hewan tersebut tidak pernah bisa lepas dari ingatanku. Farah masih tidak ber air mata. Dia berjalan bersama lelaki kuliahan tersebut sambil membawa kucing pinjaman yang dia pinjam dari temannya. Klinik ini memang klinik dokter hewan tapi ada 1 ruang praktek yang bukan untuk hewan. Ruang praktek untuk pemilik hewan, lebih tepatnya untuk si pembawa hewan. Farah tersenyum padaku dan berkata, ''sebentar ya vita, aku ngga akan lama, kamu jangan nangis lagi. Habis ini kita ke ragusa makan es krim spagetti kesukaan kamu, aku traktir seperti janjiku tadi pagi'' bak disihir tangis ku mereda. Farah masih duduk di sampingku - tanpa air mata. ''farah haryono'' suara suster memanggil nama nya. ''sebentar yaa..'' katanya sambil menepuk pundak ku, aku hanya duduk terdiam disana dengan rok biru dan kemeja putihku. hampir semua mata tertuju padaku. aku sudah tidak punya peduli lagi, yang kupedulikan, farah, sahabatku. 2 jam sudah farah keluar dibopong oleh haris, ya itu nama lelaki kuliahan itu, sengaja tidak kuubah namanya. Biar dunia tau apa yang dia lakukannya pada sahabatku. Farah tertidur. Kami tidak jadi ke ragusa. Aku juga tidak peduli, aku tidak peduli lagi dengan ice cream, yang kuperdulikan, farah.

Aku sengaja meminta haris membawa farah ke rumah ku, walau awalnya haris bersikeras membawa farah ke kost an nya di daerah tangerang. Tidak. Tidak. Aku tidak mau farah pergi ke dokter hewan itu untuk kedua kalinya. Dengan wajah muram dan kesal haris mengantarku dan farah ke rumahku di jakarta selatan.
Tidak ku ucapkan terima kasih padanya. Ku papah farah yang setengah sadar ke kamarku, ku minta bibik untuk membuatkan farah makanan, dia belum makan sejak pagi. Aku masih khawatir, karena dia terlihat lemah. Ku telepon rumahnya dan mengabarinya bahwa farah akan menginap di rumahku. Semudah itu mengabari orang rumah bahwa nonanya yang masih smp menginap di rumah temannya tanpa ijin di hari sebelumnya?? Jawabannya iya, orang tua farah ada di medan, dan dia hanya tinggal oleh pembantunya. Bertiga dengan supir.

6 april 2005

Pagi pagi sekali aku mengantar farah pulang ke rumah nya, karena siang nanti ayah dan ibu baru akan pulang dari semarang. Aku bersama pak Dom mengantarkan nya sampai di depan rumah. Rumah bertembok tinggi, berwarna putih, berpagar hitam tinggi, berhalaman luas, dan berlokasi di daerah pondok indah. Rumahnya begitu besar, sebesar hati farah.

Akhirnya, aku memutuskan untuk tidak bersekolah hari itu. Aku kembali ke rumah dengan perasaan tidak karuan.



7 april 2005



Aku berangkat ke sekolah seperti biasanya. Di usia seumurku, kejadian farah adalah kejadian dua hari yang lalu. Masih terus teringat di otakku, tapi seperti sudah tidak lagi kupikirkan. Aku bermain seperti biasanya, dan baru tersadar sepulang sekolah bahwa hari itu farah tidak masuk.



Rasa “biasa saja” itu berubah menjadi bingung, aku mencoba meng-sms-nya, tidak ada jawaban, meneleponnya pun tidak ada jawaban. Aku terdiam. Berfikir apa yang harus aku lakukan. Akhirnya aku meminta pak dom untuk mengantarku ke rumah farah. Dan disitulah kutemukan jawabannya..



8 april 2005



Aku berlari tertatih tatih dengan buku di tangan kanan ku. Waktu itu pukul 3 sore. Jam besuk berakhir pukul 4. Aku meminta pak dom untuk mempercepat laju mobil ke rumah sakit swasta di daerah Jakarta selatan.



Ini rumah sakit kedua—setelah rumah sakit eyang, yang membuatku menangis sejadi jadinya, kali ini aku menangis penuh suara, dengan isakan, semua mata suster terjurus padaku. Adalah suster yang bernama ningsih yang berhati baik mau mengantarku ke ruangan farah – sahabatku.



Di luar ruangan sudah penuh oleh keluarganya. Pertanyaan pertama yang terlintas di kepalaku adalah “ada apa? Mengapa mereka semua menangis?”

Lelaki kuliahan itu ada disana, suara tangis dimana mana, teriakan hingga makian tertuju jelas pada haris.

Aku mematung di depan tubuh kaku, yang sebentar lagi akan dibawa ke sebuah ruangan yang bernama ‘kamar mayat’.



Aku menjerit, aku teriak, tangis ku makin merebak, tante farah memelukku erat. Aku masih menangis hingga ibuku datang menenangkan ku.



Farah tiada.





--------- sudah 5 bulan farah berhubungan dengan lelaki kuliahan yang aku tidak pernah liat wajahnya. Yang kutahu namanya haris.

Malam itu, tanggal 19 maret 2005, farah terlihat pucat, ia bolak balik ke kamar mandi, perutnya mual, katanya. Tidak ada pikiran apa apa saat itu di otakku, mungkin masuk angin, pikirku.

Aku memaksanya untuk ke dokter, karena dia mengaku sudah lebih dari 3 hari mual mual-nya tidak hilang. Hanya, yang bisa aku lihat dari mataku, dia seperti menutupi sesuatu.



Farah menangis. Aku bingung terdiam dengan apa yang harus aku lakukan. “aku hamil vit” katanya terisak, tubuhnya gemetar.

Aku tidak tahu lagi harus berbuat apa, yang ada di kepala aku adalah “bagaimana farah bisa hamil? Apa yang dia lakukan?”

Aku tidak berani menceritakan ini pada keluarga ku, tidak ada sedikit pun keberanian. Aku takut ibu menganggap farah anak nakal, yang kutau, farah anak yang baik dan haris yang nakal karena membohongi farah.



Jakarta, 5 april 2009



Farah sudah menunggu ku di depan sekolah. Ia lalu menarik tanganku keras ketika pak dom baru saja meng-drop aku di depan sekolah.

“ada apa?”tanyaku. “aku mau aborsi, kamu ikut ya, temani aku. Nanti kita makan eskrim Ragusa setelah itu” mata nya yang bulat menatapku penuh. Tidak ada jawaban dari ku. Apa itu aborsi pun belum begitu jelas di mataku.

“…kata haris, setelah aborsi, bayi itu akan hilang” kata farah sambil tersenyum. “berarti, di ambil dari perut mu?”kataku lagi. Dia hanya mengangguk dan menarik tanganku untuk masuk ke mobil haris yang sudah terparkir di luar sekolah. “ayok!”.Ini hari pertama dimana aku bertemu dengan sosok anak kuliahan penghancur hidup sahabatku.



Mobil pun melaju kencang, sekencang tangisku yang mulai merebak.



-NavitaUtomo-

is it true?

aku tertegun melihatnya, sambil meneguk Chinese tea yang membuatku kembung, aku kembali berfikir.. "apakah ini pilihan? ataukah ini takdirnya?"
ini bukan pilihan sepertinya, tidak mungkin pilihan. setiap orang mengiginkan hal yang normal, baik, nyata, dan semua berjalan dengan lancar. tidak seperti ini.
takdir? berat sekali hidupnya kalau harus menerima ini sebagai takdir..

aku memikirkannya tidak seumpama aku peduli, hanya rasa kasihan yang ada.
pastilah sangat berat..

saat ini, hanya helaan napas panjang yang bisa kulakukan..
semoga ini adalah pilihan yang terbaik, dan takdir yang mampu ia lewati.