Friday 24 July 2009

songs without words

Terpaku, diam mamatung, tubuhnya yang gagah menduduki kursi coklat tua yang sudah rapuh namun terlihat kuat oleh cat pelitur yang membuatnya tetap terlihat indah. Ia duduk menunduk dengan kakinya yang terbuka 30 derajat, kedua tangannya menggenggam kuat, garisan dan kerutan terlihat jelas di keningnya,serta guratan guratan yang juga menandakan betapa risau hatinya.

Bibirnya biru kelu, diam membeku, seolah terbuat dari pualam, warnanya yang biru memutih membuatnya jelas terlihat pucat, DINGIN. Otaknya terus bekerja mencari kata kata, tubuhnya berlari lari dengan kedua kakinya yang sedang melayang, tangannya seperti berusaha menggapai setiap kata kata, dan huruf,yang terbang di sekitarnya, berusaha meraihnya, merengkuhnya, memilikinya. Tubuhnya terus berlari di suatu kota yang gelap dengan kata kata dan huruf putih yang berterbangan seperti menghiasinya.

Lelah dirinya berlari, peluh yang dingin keluar perlahan dari pori pori tubuhnya. Otaknya yang berusaha keras mengirimkan pesan kepada mata, memohon dengan hati untuk menangis. Tetapi mendung yang terus berdiri disana enggan mengeluarkan air nya. Semua tertahan.
Jiwanya pun lelah, hembusan napas panjang tidak menghilangkan segenap apapun rasa. Semua tetap tertahan

Ia pun bernyayi tanpa kata, tanpa huruf, tanpa nada.


Hingga tangannya yang lelah menggapai, merogoh saku celana nya yang berwarna biru tua. Ada kertas putih berlukis dengan tinta, seperti kumpulan huruf terangkai kata kata.

Mendung pun rela mengeluarkan hujannya, panas pun rela mengobarkan apinya, menghangatkan bibir dan hatinya yang beku dan dingin. Lelah pun terbayar sudah.

“maafkan aku meninggalkan mu, maafkan aku pergi darimu. Aku mohon kamu ada di sisiku ketika jasadku ada tiba di tanah Nya yang cokelat dan hangat. Aku mau dengar suara mu bercerita tentang ku, mengenangku untuk terakhir kalinya, dan kumuhon hentikan nyanyian tanpa kata, tanpa huruf dan tanpa nadamu. Karena semua tidak berarti apa apa, kecuali suaramu yang bercerita tentangku di sana, nanti…”


Gelap, petir menyambar,
hujan deras pun turun seiring nyanyiannya tanpa kata.

No comments: