Tuesday 14 July 2009

hujan

Ada perih atas kecewa, dan ada ngilu karena penyesalan.

Air mata yang meluap seperti tsunami, menyambar rumah sekitar terasa seperti darah kotor akibat 'tarikan' panah sang cupid yang terlepas dari hati seorang wanita dan meluap, menyambar sekitar nya seperti racun yang mematikan sel sel dalam tubuh dan membuatnya diam, ter-kaku, melemah dan terkapar hanya dengan air mata yang sudah menyerap ke pori pori kulit yang pada akhirnya lembab dibuatnya..
Ada hujan di luar sana dengan petir yang menyambar, bergantian, bersaut-saut an, dan bergema seperti suara si hati kecil yang bergemuruh dalam dada, bersuara akan kepedihan, bersuara akan penyesalan, bersuara akan ketidak terimaannya akan sang cupid yang menarik panah perak, kecil, dan indah dari hati sang wanita.
Terdengar teriakan teriakan dan sorak sorai anak anak kecil bercelana pendek tanpa kaos dengan riangnya, terasa mirip dengan hati sang wanita yang berteriak kesakitan walau dengan riangnya darah beracun pedih terus mengalir di tubuhnya, menjalar hampir ke seluruh bagian tubuh hingga ia sampai dan berhenti di otak sang wanita.
Hujan yang mereda meninggalkan jejak basah dan harum aroma tanah yang menyerbak menenangkan hati sang wanita, walau meninggalkan bekas kotor di setiap sudut teras hati yang sudah meretak karena panasnya udara yang dulu terpendam dalam di lapisan terdalam sang teras yang kini basah dan dingin oleh air hujan.
Seperti hati sang wanita yang sudah beku, mengeras, dan dingin oleh air hujan yang deras, penuh petir dan gelap.

Walaupun pada akhirnya sang hujan dan sang wanita berharap akan pelangi yang segera mewarnai awannya juga hatinya..

NavitaUtomo

No comments: