Tuesday 2 December 2008

Safina

well, hidup itu tidak seindah pemililiknya..
akhir akhir ini saya baru tahu, ketika pertama kali kita terlahir di dunia, kita sudah diberi sesuatu yang disebut dengan NASIP.

sambil menyeseap cangkir espresso ke tiga saya hari ini, saya mulai berfikir bahwa ternyata banyak diantara mereka yang tidak seberuntung penampilannya.
wajah serta parasnya yang mempesona,mobil mewah, harta atau bahkan segalanya sungguh tidak bisa mengukur. pacar, sahabat, atau keluarga yang "gemerlap" sama sekali tidak bisa mengubah sebuah tuntutan bernama nasip.

FATE, yaa itu nasip.
saya pernah kenal seseorang sejak saya kecil. namanya Safira, dia teman SD saya. ibunya cantik, mereka termasuk dalam keadaan kecukupan.. entah apa yang saya pikirkan dulu padanya. kekaguman mungkin. mobil, rumah mewah, segalanya, alat alat tulis serta buku buku Safira yang fancy, pakaiannya yang selalu bersih dan wangi jelas terlihat contrast diantara saya dan teman teman yan mungkin sudah terbiasa dengan hidup sederhana. "...hidup keluarga seorang pegawai negeri, abdi negara"begitu kata ayah saya sewaktu itu. semuanya terlihat sempurna yaa sempurna..
kakaknya Safira, bernama Safina. dia juga cantik. ketika saya kelas 3 SD Safina sudah menginjak kelas 1 SMA. perbedaan jarak usia yang jauh memang..
parasnya yang cantik dan tubuhnya yang langsing langsung membuat saya iri dan bermimpi jauuh disana. membuat saya terus menceritakan bagaimana cantiknya Safina pada eyang saya. saya ceritakan setiap waktu, sepulang sekolah, setelah makan malam, sebelum tidur, esoknya, setiap kali saya melihat Safina, saya tersadar bahwa saya mengidolakannya.

dia idola saya sewaktu itu.

anggapan saya adalah dia yang anggun, cerdas, cantik, punya banyak teman, hidup yang sempurna, segalanya, membuat saya ber angan angan tinggi - tinggi - dan tinggi tanpa takut akan jatuh.

8 tahun sudah, semuanya pasti berjalan semakin indah untuk safina.
hingga sebuah cerita dalam telepon berlangsung tadi pagi dengan eyang saya .

eyang : kamu inget safina ngga ndo'? orang yang sering kamu ceritain dulu? eyang tadi ke tukang sayur, dapet gossip dari tetangga tetangga.. katanya keluarganya Safina udah mencar mencar, bapak karo ibune wis cere, Safira pindah ke bandung, ehh ndok, Safina nikah sama Bang Jupi, inget gak? ituu lho, yang tukang ojek. yang mangkal di depan komplek. yang ireng, jarang ngomong.. sekarang Safina kerja di AB (nama swalayan, dekat rumah) jadi kasir.. kasian ndo.. kamu bawain oleh oleh ya kalo pulang.

saya diam, tak berkata, hingga eyang memanggil manggil.

idolaku, impian ku, figur idamanku, mimpiku, seseorang yang membuatku mau menjadi sosoknya. sekarang berubah . berubah tumpah. seperti menumpahkan segelas susu di meja bertaplak hitam. taplaknya kan berubah warna, dan susunya pun tumpah, sama seperti tumpahnya seluruh kekagumanku, dan merubah warna impianku.

rasa figur idaman berubah menjadi kasihan,ingin rasanya memeluk idolaku itu dan berkata tidak ada yang berubah dalam dirinya, walau memang berubah.. tapi saya yain hatinya sekarang menjadi lebih cantik. dan wajahnya tetap cantik. seperti permata di antara lumpur atau seperti teratai di air keruh. saya yakin semuanya masih sama..

hari ini, saya berikan safina, baju paling bagus (menurut saya), saya belikan beberapa coklat dan boneka. janji saya pada diri sendiri adalah membawakan itu untukknya, ketika saya tiba di jakarta.

kadang memang hidup penuh teka teki, Safina yang cantik dan kaya berubah menjadi seperti ini.

saya menarik napas panjang..

"...mungkin Tuhan punya rencana lain, atau adakah cara untuk menghindar dari FATE yang tidak mengenakkan??"