Tuesday 14 July 2009

gadis

Gadis itu tersenyum getir, menahan panasnya mata, menahan gemuruh nya hati.
Bertahan untuk tidak menangis di depan seorang sahabat yang memeluknya erat.
Sahabat yang juga sebenarnya menahan sakit karena rasa perih tertahan gadis itu.
Wajahnya seperti mendung yang menahan air hujan yang akan turun.
Gemuruh di dadanya seperti petir yang bersuara redam.
Hati nya penuh warna, warna tua, warna gelap, penuh rasa.
Rasa sakit, rasa kesal, rasa sayang, penasaran, juga ada serpihan cinta di sana yang keras seperti batu lalu hancur seperti kerikil atau bahkan butiran pasir yang lalu terhembus oleh angin yang berusaha menepisnya. Seperti hati yang berusaha melupakan…
Tapi toh, tidak akan ada yang bisa menebak kemana arah mata angin kecuali dirinya sendiri. Dan tidak ada yang bisa menebak kemana gadis itu akan membuang seluruh
“rasa” nya, kecuali dirinya sendiri.

“biarkanlah aku menangis”, “biarkannlah di selalu ada di hati ini, walau sakit yang teramat sangat”, “biarlah terus ku ingat”, “biarlah hanya aku yang rasa”

….seperti pasir yang menunggu deru sang ombak, seperti seorang hati yang risau akan hadirnya suara berat yang meresap melalui gendang telinga lalu menyebarkan udara sebagai penenang hati yang galau.

No comments: