Sunday 1 February 2009

speechless

inilah saat dimana saya memang kehabisan kata kata. yang tadinya diam membisu dengan otak sok tau yang penuh dengan pertanyaan, terkaan, pikiran2 aneh, ragu, sekarang terjawab.
tadi malam setelah kita ngobrol soal Scholarship dari salah satu departemen tempat ayah saya bekerja, saya menanyakan sesuat. pertanyaan yang selama ini saya tahan, pertanyaan yang selama ini memenuhi otak saya..
tentu saja, saya tau, jawabannya yang kadang tergagap, menandakan dia mencari kata kata yang lebih halus sehingga sebisa mungkin tidak menyakiti perasaan saya. dia memcoba mencari kata kata yang sopan. yang mengarah tapi tidak harus selalu menyakitkan.
hati ini ternyak, sebegitukah kesalahan saya??
pertanyaan yang dia ajukan pada saya pun, sama sekali tidak bisa saya jawab.
"kenapa lo lakuin ini?".
pikiran saya buram, hitam. kenapa?
dia terus melanjutkan, alasan alasan mengapa sikapnya mendingin sedingin es, sedingin salju, sebeku winter. hati ini terasa seperti tertancap pisau. sakit, menyesakkan, berusaha menghentikan penjelasannya..
lalu, hati kecil bersuara "kenapa dia harus diam? lo kan yang nanya, lo harus denger penjelasannya.."
saya terdiam lagi, menahan ludah, menahan napas yang memeburu, menahan panasnya mata, menahan pipi yang panas dan memerah, juga air mata. menahan semuanya.. menahan kata maaf.
lagi lagi ego ini terlalu tinggi. lagi lagi ego ini membutakan, lagi lagi ego ini salah.
lalu, hati kecil kembali bersuara, "kemana dirimu yg lembut, yang cengeng, yang tidak kuat sakit, kemana dirimu yang manja, yang tidak tega, yang selalu minta maaf, yang tidak marah??"
dan saya menyadari bahwa setelah hal itu terjadi, semua berubah total..
sesal, cuma sesal yang saya rasakan. cuma hampa yang saya punya, harapan? untuk apa berharap.. dia pun belum bisa menerima. alasan?? biarlah dia yang tau pasti.
mungkin kami tidak berjodoh.. biarlah ini semua jadi pelajaran baik. jadi training lama, jadi bahan pembelajaran yang baik..
saya diam. kata katanya mulai terdengar tidak jelas, kabur, blur, kacau, saya merasa seperti mendengar bahasa planet luar.
kemana air mata ini? air mata yang tidak keluar hanya membuat dada saya sesak dan mata saya panas. kenapa? kenapa saya tidak teriak? menangis seperti dulu? menangis tersedu? menangis hingga tertidur, menangis sesengukan, menangis sedih, menangis dan menangis?? menagapa?
tersadar, ketika ternyata hati ini sudah terlalu tegar..
pertanyaan yang memalukan yang masih ada di dalam hati saya "masihkah dia merasakan, mengingat, merindukan, dulu, 2 tahun yang lama, yang panjang, yang penuh rasa??"
memang tidak saya tanyakan..
tapi saya yakin jawabannya adalah "masih, tentu saja masih diingat.. tidak akan lupa. tetapi saya berusaha melupakan. karena semuanya sudah berakhir. hubungan kita adalah teman"

No comments: